Sarana dan Prasarana

  1. PROFIL MUSEUM SUDIRMAN

Museum Jendral Sudirman beralamat di Jl. Ade Irma Suryani Nasution No. C.7, berada di Kawasan Taman Badaan, masuk wilayah Kelurahan Potrobangsan Kecamatan Magelang Utara.

Museum Sudirman terdiri dari dua bangunan yakni bangunan utama yang pernah ditempati oleh Jendral Soedirman dan bangunan belakang yang pernah ditempati oleh dua orang ajudannya, yakni Soepardjo Roestam dan Tjokro Pranolo.

Tanah dan bangunan milik TNI dengan sertifikat nomor 195 – 530.2 – 2006 Atas nama Departemen Pertahanan RI dengan Area museum seluas + 9.300 m2 memiliki halaman depan, samping dan belakang yang biasa digunakan untuk kegiatan kebudayaan seperti sarasehan, lomba lukis dan sebagainya..

2. Kawasan Budaya Mantyasih

Kawasan Budaya Mantyasih berlokasi di Kampung Jayengan Meteseh Kidul RT 03 RW 12, Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah. Menempati lahan seluas 1.051m2 berdasarkan sertifikat Hak Pakai nomor 051. Diresmikan oleh Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito pada 11 April 2014, difungsikan sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya pada tahun 2017.

Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih. Perdikan atau sima artinya bebas pajak. Penetapan menjadi desa perdikan terjadi pada tahun 829 Caka bulan Caitra tanggal 11 Paro Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Scara. Dengan kata lain pada Sabtu Legi tanggal 11 April 907 Masehi. Penetapan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 Masehi).

Saat ini, Mantyasih dikenal sebagai Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Kata Mantyasih memiliki arti beriman dalam cinta kasih. Catatan sejarah ini tertuang dalam Prasasti Mantyasih I dan II.

Lalu berdasarkan Perda Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, ditetapkan bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi Kota Magelang. Pada saat itu, Walikota Magelang dijabat oleh Drs. A. Bagus Panuntun.

3. Sasana Gladen

Sasana Gladen terletak di Jl. Abimanyu 149 Kota Magelang.. Sasana Gladen berdiri diatas tanah dengan Luas Tanah +/- 330 m2 dan Luas Bangunan +/- 250 m2.

Adapun terdapat beberapa ruang dan tempat di Sasana Gladen yang terdiri dari 3 ruangan :

  1. Ruangan 1 (Pendopo / Panggung).
    1. Ruangan 2 (Rapat, Tari, Theater).
    1. Ruangan 3 (Karawitan).

4. Loka Budaya

Sasana Budaya beralamat di Jl. Alun-Alun Selatan No.9 Kota Magelang Kodepos 56122, bersebelahan dengan Polres Magelang Kota (Gedung MOSVIA) di sisi Timur, gedung sasana budaya masuk dalam wilayah Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang.. Adapun kepemilikan tanah ini adalah milik Pemerintah Kota Magelang, dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor. 67, Kelurahan Kemirirejo dengan luas tanah keseluruhan 1.050m².

Gedung Mosvia ( tempat belajar atau sekolah ) dan Rumah kepala Sekolah Mosvia (yang sekarang menjadi Gedung Sasana Budaya) dibangun hampir bersamaan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1875. Semula gedung yang terletak di jalan Aloon-Aloon Kidoel ini diperuntukkan untuk HoofdenSchool (sekolah Calon Pemimpin). Dalam waktu yang hampir bersamaan, pemerintah Hinda Belanda juga membangun gedung Kweekschool Voor Inlandsche Ambtenaren, Sekolah  calon guru untuk HIS (Holland Indische School) sekolah setingkat SD khusus untuk pribumi. Gedung Kweekschool ini sekarang menjadi kantor Disdukcapil.

Menjelang tahun 1900an, baik Hoofdenschool maupun Kweekschool ditutup oleh pemerintah Hindia Belanda karena masalah mutu yang tidak memenuhi harapan. Penyebab utamanya karena kekurangan tenaga guru.

Sebagai ganti Hoofdenschool, pemerintah Hindia Belanda mendirikan OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren), sekolah calon pamong praja pribumi. Sekolah ini menempati gedung bekas Kweekschool yang berada di jalan Pastoeran. Tidak ada informasi setelah Hoofdenschhol ditutup lalu bangunannya digunakan untuk OPD atau kegiatan apapun.Sekitar tahun 1918 Kweekschool dihidupkan kembali dan menempati gedungnya yang lama. OSVIA kemudian dipindahkan ke bekas gedung Hoofdenschool. Pada tahun 1927, seluruh OSVIA di Indonesia ditutup dan muridnya disatukan di Magelang. OSVIA kemudian diganti dengan MOSVIA (Middlebare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren). Tujuan sekolah ini tetap sama dengan OSVIA, yaitu mendidik calon Pamong Praja Pribumi, tetapi hanya lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) sekolah setingkat SMP yang dapat mendaftar menjadi siswa MOSVIA. Sedang OSVIA menerima siswa lulusan HIS (SD) dengan masa belajar 7 tahun. (Sumber KITLV, dan Nederlands National Archieves).

Eks Rumah kepala Sekolah Mosvia tersebut ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan saat ini dimanfaatkan sebagai Sasana Budaya, semacam sekretariat sebagai tempat berdialog, berkumpul para seniman, tempat Latihan, pameran, galeri dll.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *