Sejarah dan Cagar Budaya Kota Magelang

Situs Batu Kendang

Di area kampung Dudan, Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah terdapat peninggalan kuno berupa beberapa batu dengan bentuk fisik seperti kendang, beberapa umpak-umpak (penyangga tiang paling dasar), dan batu mirip lingga yang sudah pecah. Seorang narasumber bernama MBAH RUJIMIN sesepuh di kampung Dudan menceritakan sebuah cerita dari sesepuh terdahalu, bahwa keberadaan situs batu kendang tak lain adalah rencana pembuatan sebuah rumah ibadah (masjid). Pada masa itu tokoh masyarakat dan penduduk lokal ingin membuat rumah ibadah, namun sebelum membangun masjid ini dibentuk sebuah perjanjian atau kesepakatan dengan kepercayaan leluhur yang ada pada saat itu. Pada proses pembangunan terjadi perubahan kegagalan dalam pembuatan bangunan ibadah. Pada proses pembangunan masjid ini terdapat pelanggaran terhadap ketentuan yang disepakati sebelumnya. Pembangunan masjid ini kemudian dihentikan dan dilanjutkan tetapi tidak di daerah kampung dudan, Pembangunan ini lanjutkan di daerah desa Trasan Bandongan. Proses pembangunan yang gagal dan diteruskan ini memunculkan istilah “TERUSAN” yang sekarang menjadi nama desa menjadi “TRASAN”.   Di desa tersebut ada sebuah masjid oleh warga sekitar disebut masjid TIBAN (masjid yang tiba-tiba ada didesa tersebut) tanpa warga membuatnya. Berdirinya Masjid tersebut diyakini ada kaitan nya dengan apa yang terjadi di kampung Dudan. Cerita situs batu Kendang mirip dengan cerita takuban perahu yang terjadi di Jawa Barat tanah Sunda. MBAH RUJIMIN menceritakan sejarah kejadian didesa Dudan dengan perumpamaan kisah cerita yang menjadi legenda.

Sejarah Petilasan Watu Limo di Kampung Tidar Baru, Magersari,Kota Magelang

Tulisan ini dibuat agar cerita tutur ini tidak punah dan dapat diwariskan ke anak cucu generasi kedepannya. Cerita di dalam tulisan ini merupakan rangkuman hasil wawancara dari narasumber yang merupakan sesepuh kampung Magersari, Tidar Baru. Tulisan ini menceritakan awal berkembangnya agama Islam di Tanah Jawa. Agama Islam pertama kali disebarkan oleh seorah tokoh bernama Maulana Muhammad Al-Baqir (Syekh Subakir). Beliau merupakan ulama yang diberi amanah berdakwah ke Pulau Jawa oleh Sultan Muhammad I dari Istanbul Turki pada tahun 1404 M. Beliau tiba di Tanah Jawa atau lebih tepatnya di Gunung Tidar yang dikenal sebagai Paku-nya Tanah Jawa. Pada masa itu Gunung Tidar ini ditinggali oleh makhluk jahat yang terkenal sangat kuat. Pada awal kedatangannya Syekh Subakir ditemani oleh beberapa orang yang berasal dari Samarkhan atau Samarakondhi. Masyarkat Jawa yang mengenal istilah “samar” kemudian menyebut Syekh Subakir sebagai “Semar”, Semar sendiri merupakan salah satu tokoh pewayangan yang sangat fenomenal di kalangan masyarakat Tanah Jawa. Syekh Subakir melakukan dakwah di Tanah Jawa dengan sangat arif, beliau juga merekrut dan melakukan pendekatan terhadap beberapa tokoh atau masyarakat lokal. Salah satu masyarkat lokal yang direkrut adalah Ki Rekso yang tinggal di sekitar Gunung Tidar.  Ki Rekso merupakan petani didaerah tersebut yang memiliki hati tulus dan bersih. “Urip sak madyo lan ora ngoyo” merupakan semboyan dari Ki Rekso. Dalam beberapa kesempatan Syekh Subakir sering berkunjung ke sawah tempat Ki Rekso bekerja, ditempat inilah mereka sering berdiskusi dan tukar kawruh mengenai Jawa serta Islam. Ki Rekso juga tertarik untuk mempelajari tentang Islam Rahmatan Lil Alamin, sedangkan Syekh Subakir mendapat pengetahuan mengenai adat istiadat masyarakat Jawa. Sifat ketulusan dari Ki Rekso membuatnya diangkat menjadi Manggolo atau panglima Syekh Subakir, sehingga kemudian dipanggil dengan gelarnya menjadi “Ki Rekso Manggolo”.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *