Sejarah dan Cagar Budaya Kota Magelang

Lumpang Mantyasih di Kampung Meteseh

Keberadaan Lumpang Mantyasih sering dikaitkan dengan Prasasti Mantyasih yang digadang-gadang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Magelang tentu menjadi objek yang sangat penting dan vital, diduga kuat bahwa lumpang itu digunakan sebagai sarana upacara poenetapan Sima bagi Meteseh oleh Dyah Balitung. Secara arkeologis, Lumpang Mantyasih jelas merupakan produk yang sangat lumrah di era Hindu-Buddha, atau bahkan sebelumnya. Sebab ditinjau dari sisi fungsionalitasnya, secara umum batu lumpang diidentifikasi sebagai media untuk menumbuk biji-bijian untuk memenuhi kebutuhan pangan di masa lalu.

Situs Batu Kendang di Kp. Dudan

Di area kampung Dudan, Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah terdapat peninggalan kuno berupa beberapa batu dengan bentuk fisik seperti kendang, beberapa umpak-umpak (penyangga tiang paling dasar), dan batu mirip lingga yang sudah pecah. Seorang narasumber bernama MBAH RUJIMIN sesepuh di kampung Dudan menceritakan sebuah cerita dari sesepuh terdahalu, bahwa keberadaan situs batu kendang tak lain adalah rencana pembuatan sebuah rumah ibadah (masjid). Pada masa itu tokoh masyarakat dan penduduk lokal ingin membuat rumah ibadah, namun sebelum membangun masjid ini dibentuk sebuah perjanjian atau kesepakatan dengan kepercayaan leluhur yang ada pada saat itu. Pada proses pembangunan terjadi perubahan kegagalan dalam pembuatan bangunan ibadah. Pada proses pembangunan masjid ini terdapat pelanggaran terhadap ketentuan yang disepakati sebelumnya. Pembangunan masjid ini kemudian dihentikan dan dilanjutkan tetapi tidak di daerah kampung dudan, Pembangunan ini lanjutkan di daerah desa Trasan Bandongan. Proses pembangunan yang gagal dan diteruskan ini memunculkan istilah “TERUSAN” yang sekarang menjadi nama desa menjadi “TRASAN”.   Di desa tersebut ada sebuah masjid oleh warga sekitar disebut masjid TIBAN (masjid yang tiba-tiba ada didesa tersebut) tanpa warga membuatnya. Berdirinya Masjid tersebut diyakini ada kaitan nya dengan apa yang terjadi di kampung Dudan. Cerita situs batu Kendang mirip dengan cerita takuban perahu yang terjadi di Jawa Barat tanah Sunda. MBAH RUJIMIN menceritakan sejarah kejadian didesa Dudan dengan perumpamaan kisah cerita yang menjadi legenda.

Situs Kursi Mbah Dosomuko / Yoni di Kp. Candi Nambangan

Di Kp. Candi Nambangan terdapat pemakaman umum yang ternyata menyimpan banyak peninggalan sejarah masa Hindu dan dimungkinkan menjadi cikal bakal peradaban sejarah kampung ini bahkan mungkin menjadi peradaban yang lebih tua dari Meteseh ‘Mantyasih’.

Ditemukannya benda sejarah berupa Yoni yang biasa dikenal masyarakat dengan “Kursi Dosomuka” dan batuan andesit “bagian/purzle” berbetuk persegi maupun persegi panjang sebagai bahan baku penyusun Candi di sekitar tanah makam, menandakan dahulu kala terdapat peradaban yang maju ada di kampung ini.

Yoni yang biasanya menjadi satu kesatuan dengan Lingga menjadi simbol yang memiliki makna filosofis mendalam tentang arti kesuburan dan kemakmuran yang mungkin sejak jaman Kerajaan Hindu khususnya Siwaisne sudah terjadi di kampung ini. Kemudian, pemaknaan arti “Kursi” merupakan nama yang sudah turun menurun diceritakan oleh sesepuh kampung

Lembu Nandi di Lingkungan Pemkot Magelang

Nandi adalah lembu suci yang menjadi kendaraan dan penjaga setia Dewa Siwa dalam mitologi Hindu. Ia melambangkan kesetiaan, kekuatan, dan kesucian, sering digambarkan dalam posisi duduk tenang di depan kuil Siwa, mengawasi pintu masuk. Atau terkadang menjadi wahana/tunggangan Dewa Siwa dan Dewi Durga

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *